politicalphishing.com

politicalphishing.com – Pada hari Rabu, tentara Bolivia memanfaatkan tank dan kendaraan lapis baja untuk menguasai gedung pemerintahan di La Paz, menurut laporan ABI, kantor media pemerintah. Kejadian ini terjadi pada pukul 14.30 waktu setempat, dimana tentara bersenjata lengkap terlihat berkumpul di Murillo Plaza, pusat eksekutif dan legislatif negara.

Laporan dari Associated Press (AP) menyebutkan, kendaraan lapis baja bahkan menabrak pintu masuk istana presiden. Jenderal Juan Jose Zuniga, pemimpin aksi kudeta, menyatakan di depan pasukannya bahwa tindakannya bertujuan untuk “merestrukturisasi demokrasi” yang sejati, mengkritik pemerintahan Presiden Luis Arce yang dianggap telah monopoli kekuasaan selama beberapa dekade. Zuniga berorasi di luar kantor kepresidenan, dikelilingi oleh delapan tank dan sejumlah besar tentara, menurut laporan AFP.

Presiden Arce langsung merespons melalui pidato yang disiarkan televisi, berdiri bersama para menterinya di dalam istana presiden. Beliau mengecam keras tindakan militer tersebut dan mengajak rakyat Bolivia untuk bersatu melawan kudeta demi mempertahankan demokrasi. “Kami tidak bisa membiarkan upaya kudeta sekali lagi merenggut nyawa rakyat Bolivia,” ujar Arce, dikutip dari situs resmi kepresidenan.

Wakil Presiden David Choquehuanca dan mantan presiden Evo Morales, melalui media sosial X, juga mengutuk kudeta tersebut dan menyerukan “mobilisasi nasional untuk membela demokrasi”.

Menurut AFP, kudeta ini diduga berkaitan dengan pemecatan Zuniga yang baru-baru ini muncul di televisi, mengancam akan menangkap Morales jika ia mencalonkan diri kembali dalam pemilihan umum 2025. Morales, yang masih populer meski pernah mencoba melanggar konstitusi untuk jabatan keempat pada 2019, telah menghadapi tuduhan kecurangan pemilu yang memaksa pengunduran dirinya. Namun, ia kembali ke Bolivia setelah sekutunya, Luis Arce, memenangkan presiden pada Oktober 2020.

Negara-negara di seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat di bawah pimpinan Presiden Joe Biden, telah merespons cepat terhadap situasi di Bolivia. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS menyatakan, “AS memantau dengan cermat situasi di Bolivia dan menyerukan ketenangan.” Sementara itu, pemimpin dari negara-negara Amerika Latin seperti Chile, Ekuador, Peru, Meksiko, Kolombia, dan Venezuela menyerukan penghormatan terhadap demokrasi.

Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, mengecam segala bentuk kudeta melalui media sosial X, menyatakan bahwa “tentara harus tunduk pada kekuasaan sipil yang dipilih secara sah.” Dari Eropa, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez dan Kepala Kebijakan Ekonomi Uni Eropa Josep Borrell, juga menyerukan penghormatan terhadap tatanan konstitusional dan menyatakan solidaritas mereka dengan pemerintah dan rakyat Bolivia.