politicalphishing.com – Kunjungan Presiden Rusia, Vladimir Putin, ke Korea Utara pada Rabu (19/6) telah memicu kekhawatiran China. Pertemuan Putin dengan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, menghasilkan beberapa kesepakatan penting, termasuk penandatanganan “kemitraan strategis komprehensif”, yang menurut pengamat menimbulkan kecemasan bagi China mengenai dinamika hubungan internasional mereka.
Menurut Liu Dongshu, asisten profesor dan pengamat politik asal China, terdapat kekhawatiran bahwa kesepakatan tersebut dapat mendukung peningkatan kemampuan militer Korea Utara, termasuk program nuklir dan misil mereka. “China berusaha untuk mengontrol situasi di Korea Utara dan mencegah eskalasi, tapi juga tidak menginginkan kehancuran total negara tersebut,” kata Liu dalam sebuah wawancara pada Minggu (23/6).
Liu juga menambahkan bahwa penguatan hubungan antara Rusia dan Korea Utara, termasuk bantuan militer yang diberikan Korea Utara kepada Rusia dalam konfliknya dengan Ukraina, telah menimbulkan kekhawatiran di Beijing mengenai potensi pergeseran keseimbangan kerja sama yang telah lama terjalin antara China dan Korea Utara.
Selama kunjungan tersebut, Rusia dikabarkan telah menerima bantuan signifikan dari Korea Utara, termasuk pengiriman lebih dari 10.000 kontainer amunisi sejak September tahun lalu. Meskipun kedua negara membantah klaim tersebut, peristiwa ini dianggap oleh Beijing sebagai risiko yang dapat mengganggu keseimbangan regional.
Kunjungan Putin juga mencatat penyerahan hadiah simbolis berupa sepasang anjing Pungsan kepada Kim Jong Un, serta pembahasan tentang eskalasi ketegangan terbaru antara Korea Utara dan Korea Selatan.
Edward Howell, dosen politik dari Universitas Oxford, mengatakan bahwa meskipun kunjungan Putin memperkuat hubungan antara Rusia dan Korea Utara, China tetap menjadi pembahasan utama dalam pertemuan tersebut. “Rusia sangat menyadari bahwa China memiliki peran lebih kritis dibandingkan Rusia bagi Korea Utara, terutama dalam konteks pengaruh geopolitik,” jelas Howell.
Secara keseluruhan, hubungan antara Korea Utara, Rusia, dan China telah menjadi fondasi penting dalam dinamika kekuatan regional di Asia Timur. Liu menekankan bahwa baik Korea Utara maupun Rusia tidak memiliki kapasitas untuk mengabaikan peran China, mengingat ketergantungan mereka pada dukungan yang diberikan oleh negara tersebut.