politicalphishing – Setelah bertahun-tahun tarik-ulur, Iran dan Amerika Serikat bersiap menghadapi putaran baru perundingan nuklir yang diprediksi akan lebih sulit. Dinamika politik dalam negeri, ketidakpercayaan mendalam, serta ketegangan regional mempersempit peluang untuk mencapai kesepakatan baru.
Latar Belakang Ketegangan
Pada 2015, Iran dan negara-negara besar dunia menandatangani Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), sebuah kesepakatan yang bertujuan membatasi program nuklir Iran. Namun, Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian ini pada 2018 di bawah pemerintahan Donald Trump. Sejak itu, Iran mulai meningkatkan pengayaan uranium di luar batas yang disepakati.
Presiden Joe Biden sempat berjanji menghidupkan kembali perjanjian tersebut. Namun, ketegangan politik di dalam negeri dan perkembangan di Timur Tengah menghambat negosiasi lebih lanjut.
Faktor-Faktor yang Membuat Perundingan Semakin Sulit
1. Ketegangan Politik di Iran dan AS
Iran baru saja menggelar pemilu legislatif yang memperkuat dominasi kelompok konservatif daftar medusa88. Pemerintah baru di Teheran menolak menunjukkan kelemahan di hadapan Amerika.
Sementara itu, di Amerika Serikat, pemilu presiden 2026 sudah mulai memanaskan suasana politik. Oposisi Partai Republik menekan Presiden Biden untuk bersikap lebih keras terhadap Iran, mempersempit ruang negosiasi.
2. Rasa Tidak Percaya yang Memburuk
Iran ragu terhadap komitmen jangka panjang Amerika, mengingat perubahan kebijakan yang drastis antar pemerintahan. Sebaliknya, AS menuntut langkah konkret dari Iran, seperti verifikasi ketat atas seluruh aktivitas nuklir.
3. Konflik Regional yang Semakin Kompleks
Ketegangan antara Iran dan sekutu-sekutu Amerika, termasuk Israel dan Arab Saudi, terus meningkat. Insiden serangan drone dan siber saling membalas menambah ketegangan, yang pada akhirnya memperkeruh jalannya diplomasi.
4. Dinamika Geopolitik Global
Sementara perhatian Amerika terpecah oleh persaingan dengan China dan perang di Ukraina, Iran mempererat hubungan dengan Rusia dan China. Langkah ini membuat posisi tawar Iran dalam negosiasi menjadi lebih kuat.
Peluang dan Risiko di Masa Depan
Meskipun situasi tampak suram, baik Iran maupun Amerika masih membuka jalur komunikasi tidak langsung melalui mediator Eropa. Para diplomat menyarankan kedua belah pihak untuk mengambil langkah kecil membangun kepercayaan, seperti mengurangi sebagian sanksi atau membatasi pengayaan uranium.
Seorang diplomat Eropa mengatakan, “Putaran ini bukan hanya soal nuklir, tetapi soal eksistensi politik di kedua negara. Taruhannya sangat tinggi.”
Jika negosiasi gagal, risiko konfrontasi terbuka di kawasan Timur Tengah semakin besar. Dunia kini mengawasi dengan cemas, berharap diplomasi bisa mengalahkan ketegangan.